Malaka||FlobamoraNews – Bung Karno pernah berkata ” Politik adalah jalan menuju pengabdian” Sementara Tuhan bersemayam digubuknya si miskin ”
Itulah sekelumit kata dalam mengawali tulisan sederhana ini tentang sosok Simon Nahak dalam kacamata politik milenial dalam bingkai jalan politik pengabdian.
Simon Nahak menjadi nahkoda kedua setelah mengarungi jalan politik pilkada pada tahun 2020.
Dirinya terpilih setelah menjajaki demokrasi pilkada tahun 2020 dengan menggerakkan seluruh kekuatan dan elemen rakyat kala itu.
Inisiatif hati Masyarakat tempo itu, hanya menginginkan satu atas kecapean, rasa lelah dalam menghadapi percaturan politik daerah kabupaten Malaka yang secara kasat mata sangat ekstrim yakni “PERUBAHAN”
Karna alasan itulah, Simon Nahak yang bersanding dengan Kim Taolin yang dibentengi kekuatan rakyat terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Malaka Kabupaten Malaka.
Perjalanan melayani rakyatpun mulai dilakukan, langkah demi langkah, setapak demi setapak mereka wujudkan baik itu dari sektor pendidikan, infrastruktur, kesehatan hingga pertanian Mereka ujukan kepada rakyat.
Dalam sektor pendidikan, Ia menargetkan peningkatan kualitas pendidikan, melalui berbagai macam program, dan terbukti 4 sekolah menyandang predikat akreditasi A.
Sektor pertanian, Dirinya fokus menorehkan dua brand yakni Brand Beras Nona Malaka dan Brand Fore lakateu yang menjadi komoditi pertanian lokal yang di Miliki Kabupaten Malaka, terbukti beras Nona Malaka mampu mengimbangi inflasi pangan yang menjajah pangan di Indonesia, meskipun penyebaran pemasaran belum maksimal, tapi Simon Nahak komitmen akan naikan Mutu produktivitasnya dalam waktu kedepan agar semua toko di kabupaten Malaka dapat memasarkan beras Nona Malaka dengan kemasan 5 sampai 10 kilo, sehingga masyarakat mampu mendapatinya
Sebab, dengan harga yang standar tapi jenis beras yang premium, Beras Nona Malaka yang diproduksi dari gabah petani Malaka mampu menekan harga meskipun tidak semua toko sembako memasarkannya.
Proses mencapai beras Nona Malaka sangat panjang.
Hingga saat sekarang terjadi inflasi pangan, harga beras dan sembako melambung tinggi, Beras Nona Malaka disoroti publik dengan beragam pertanyaan yang masih terlintas dalam benak
“Dimana Beras Nona Malaka dalam mengatasi ketidakstabilan harga pangan” Masyarakat lapar dimana beras Nona Malaka?
Entahlah…!!! Apakah pertanyaan itu murni dari hati? Ataukah mengandung cibiran dan intrik menyongsong pilkada 2024 yang secara nyata SN akan menuju pada periode kedua.
Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian memacu pikiran saya untuk menulis sebagai bentuk ide, konsep dan gagasan bahwa jika ada masyarakat yang lapar dan berharap intervensi pemerintah dengan beras Nona Malaka, maka disitu terjadi kecelakaan berpikir kita sebagai manusia pekerja.
Simon sosok pemimpin tegas, Ia tidak memanjakan masyarakat dengan bantuan, yang Ia lakukan adalah upaya bagaimana masyarakat bisa bekerja sebagai tuan dan bos sendiri, yaitu dengan inovasi program 3K (Kebun – Kandang – Kolam) .
Karna seyogyanya, Kabupaten Malaka memiliki berbagai macam sumber daya unggul, komoditas lokal yang bisa dimanfaatkan dimasa-masa seperti hari ini.
Saya ingat seorang kawan Saya, waktu dicimemi, Surabaya Jawa Timur, tanggal 9 Oktober 2023, dalam sebuah tatap muka di markas mereka bekerja sambil seruput kopi, Ia mengatakan ” Sebagai Manusia pekerja, kita dituntut oleh situasi dan kondisi untuk memanfaatkan kedua kaki dan tangan kita untuk bekerja dan mendapatkan makanan, makanan tidak bisa menyambangi dengan sendirinya jika kaki dan tangan tidak mengeluarkan keringat”
Mendengar itu, Saya mencoba merefleksikan pertanyaan pertanyaan tentang dimanakah “Beras Nona Malaka”.
Beras Nona Malaka hasil ketetapan program swasembada pangan yang dijalankan Simon Nahak dan Kim Taolin pasca menerima mandat dari rakyat.
Kita bertanya namun kita lupa untuk melihat, bahwa masa inflasi pangan yang mengakibatkan harga pangan melambung tinggi, Simon Nahak dengan keperkasaannya menjemput berbagai macam bantuan di Pemerintah Pusat agar dapat menekan harga pangan.
Mulai dari cadangan beras yang dibagi secara gratis untuk desa desa pilihan yang secara geografis, lahan pertanian tidak bisa mengolah padi.
Beras SPHP yang dijual dengan harga yang relatif murah untuk masyarakat.
Bisa terbilang, itu kerja kerja kecil yang besar manfaatnya oleh sosok Simon Nahak.
Dalam beberapa kesempatan, selalu ia mengatakan sebuah program yang jika di analisa baik – baik sangat berdampak pada ketahanan ekonomi rakyat namun kita dengan ketidakpuasan sosial kita mulai membangun opini sesat akan kerja keras dari Sosok Simon Nahak.
Simon Nahak seakan menunjukkan jalan politik pengabdiannya dengan tidak berlama lama di ruangan kerja ber-Acnya yang dikelilingi seluruh fasilitas mewah tapi ia Memilih turun ke rakyat rasakan keringat dan bau rakyat dengan memberikan langsung apa yang harus ia beri.
Jalan politik pengabdian seorang Simon Nahak dapat menjadi inspirasi kaulah muda hari ini, yang meskipun berlatar belakang pas pasan tapi mendongkrak kekuatan elit dalam kanca perpolitikan daerah.
Tidak bisa disangkal bahwa didalam politik lahirlah perbedaan tapi apalah daya perbedaan itu terus berlarut hingga niat baik sekalipun dianggap tidak baik.
Apalah daya kerja keras sekalipun dianggap biasa biasa saja, tidak dielak bahwa wajib hukum seorang pemimpin untuk bekerja lebih keras dan berbuat lebih banyak.
Simon Nahak paham bahwa ” Menjadi pemimpin adalah pelayan rakyat ” Seorang pemimpin dituntut mandat rakyat untuk bekerja dengan keras tanpa banyak bicara”
Masih banyak Hasil karya, hasil kerja dalam kepemimpinan yang cukup singkat Simon Nahak sebagai Bupati Malaka.
Dimasa yang cukup singkat, SN sapaan akrabnya menunjukkan keberpihakannya kepada masyarakat kabupaten Malaka Melalui pembangunan kantor Bupati Malaka yang diidam-idamkan rakyat, kantor Perpustakaan Daerah yang berdiri dengan megah di persimpangan empat lapangan umum betun cukup menjadi icon di daerah perkotaan betun.
Lantas…??? Kenapa masih dibilang gagal, dibilang tidak berhasil?
Ini sudah berkaitan dengan kepentingan, kadang kala politik tidak terlepas dari kepentingan. Jika kepentingan tidak diakomodir karna perseorangan maka mulailah membangun opini, memprovokasi rakyat untuk membenci pemimpinnya sendiri, dengan menegasikan kerja keras pemimpin itu sendiri.
Tidak lama lagi, Kita akan diperhadapkan dengan konstestasi politik pilkada, isu dan bingkai politik miring dimainkan hanya untuk menjatuhkan sang petahana yang dalam kacamata rasional, Petahana cukup agresif bekerja untuk rakyat.
Keberpihakan SN kepada urusan publik cukup besar sehingga, cibiran dan intrik juga begitu kencang menghadangnya, itulah resiko penjadi pemimpin yang mengabdikan dirinya untuk masyarakat.
“Mari berpolitik dengan santun dengan argumentasi edukatif”
“Mari Berpikir dengan objektif dan rasional”
Penulis : Bung Bara Bria
Mantan Presiden Mahasiswa Universitas Negeri Timor (UNIMOR) Kefamenanu