Di antaranya bakal Calon Gubernur Irjen (Purn) John Asadoma. Johni adalah putra asli NTT, campuran Alor-Rote ini baru pertama masuk di kancah politik yakni pada pemilihan gubernur NTT, tetapi memiliki infrastruktur politik yang cukup kuat sampai ke bawah.
Sebagai mantan Wakapolda NTT, dan kemudian mantan Kapolda NTT, Johni cukup banyak dikenal sampai ke seluruh NTT. Sejarah mencatat Johni sebagai atlet berprestasi di tahun 1980an dan berkali-kali mengharumkan nama NTT di nasional dan luar negeri. “Jika digerakkan simpul olahragawan di NTT yang cukup kuat, akan mempengaruhi elektabilitas dia,” kata Rudi
Dr Rudi mengatakan, bakal calon wakil gubernur lain yang muncul dengan elektabilitas tinggi, tetapi sayang, tidak memiliki infrastruktur politik yang kuat. Pasalnya ada bakal calon yang datang dari partai yang “kecil” apalagi bukan orang asli NTT. “Itu akan membuat keteguhan memilih dia bisa berubah di satu saat,” jelasnya.
Selanjutnya, untuk bakal calon gubernur, ada Melki Laka Lena yang diusung Partai Golkar dan Ansy Lema yang diusung PDIP sama-sama memiliki elektabilitas tinggi.
Menurutnya, elektabilitas dua bakal calon gubernur ini tidak terpaut jauh. “Beda tipis, tapi perbedaan yang tipis itu bisa jadi akan berubah. Jadi di satu waktu yang elektabilitasnya rendah bisa naik dan elektabilitas yang tinggi bisa turun,” ujarnya.
Atau sebaliknya, calon yang elektabilitasnya yang rendah itu, tetapi dia bisa mengawinkan dengan baik antara elektabilitasnya, logistik dan infrastruktur politiknya, maka elektabilitasnya berpotensi tinggi.
Hal tersebut juga berlaku bagi bakal calon gubernur yang sudah menentukan pasangan atau wakil. “Kalau calon gubernur yang elektabilitasnya sudah tinggi, dia harus cari wakil yang memiliki kemampuan logistik dan infrastruktur yang kuat. Kalau dia mencari elektabilitas tinggi tetapi logistik dan infrastruktur tidak kuat, bisa jadi mereka akan jeblok di pemilihan nanti,” ujarnya.